Kamis, 31 Januari 2019

Kriminal

Penjual Sate Padang Pakai Daging Babi Terjaring Petugas


TanahmnowNews, Padang - Dinas Perdagangan Padang, Sumatera Barat, mengungkap penjualan sate dari daging babi. Penjual yang terjaring dari pelaporan masyarakat setempat itu berlokasi di kawasan Simpang Haru, Padang, dan menjual dengan merek usaha Sate KMS.
AYO KITA DUKUNG BERSAMA Bapak Medrin Joni Depati PUTRA DAERAH DARI PESISIR BUKIT SUKSES DI RANTAU  MAU MEMIMPIN DAN MEMAJUKAN KOTA SUNGAI PENUH ⏹️CAWAKO 2021 - 2025
Baca juga artikel berikut ini:
  • Riwayat singkat Bapak Medrin Joni Depati
"Pedagang itu diamankan karena diduga menjual sate Padang dari daging babi," kata Kepala Dinas Perdagangan Padang Endrizal, di Padang, Selasa malam, 29 Januari 2019.

Ia menceritakan kecurigaan terhadap pedagang sate yang diperiksa pada Selasa sekitar pukul 18.00 WIB bukan tanpa alasan. Dinas Perdagangan telah mengambil sampe sate dan memeriksanya pertama Oktober 2018 dan terakhir Jumat 25 Januari 2019 lalu.


Dari uji sampeli tersebut diketahui hasilnya positif daging babi. "Karena itu hari ini dilakukan penindakan lapangan, dan petugas juga mengamankan penjual sate serta barang bukti lain," kata Endrizal.

Penjual sate yang ditangkap petugas diketahui bernama Devi dan Bustami, ditambah satu orang yang disangka memasok daging atas nama Kusti Gani. Petugas juga memungut bukti seratus tusuk sate, dan sekitar dua kilogram daging beku diduga daging babi.

Sementara pedagang sate Devi, mengaku tidak tahu kalau daging yang ia beli dari Kusti Gani adalah daging babi. "Saya tidak tahu sama sekali, awalnya dia menawarkan daging ke saya dan bersedia mengantarkan langsung, karena memudahkan akhirnya saya terima," katanya.

Ia mengaku baru membeli daging babi itu dua kali dengan rincian lima kilogram pertama, dan lima kilogram kedua. Semuanya dibeli dengan harga sama, Rp 95 ribu per kilogram.

ANTARA

Kesehatan

Resep kehidupan
Syekh Ali Jaber .
TanahmnowNews , Resep kehidupan
  • Bila hidup kita sering sakit-sakitan maka rajin-rajinlah berpuasa.
  • Bila kita berwajah gelap (suram) maka rajinkanlah diri kita untuk berqiamullai (sholat Tahajud).
  • Bila kita punya hati yang sempit maka perbanyaklah membaca Al-Qur'an.
  • Bila hidup kita terlalu susah untuk bahagia, sholatlah tepat pada waktunya.
  • Bila emosi kita sering terganggu (mudah marah & tersinggung), sering-seringlah berwudhu' & ber-istighfar.
  • Bila hati & jiwa kita gelisah (tidak tenang), perbanyaklah berdo'a & beribadah.
  • Bila kita dalam keadaan stres atau tertekan lahir & batin, sering-seringlah membaca, 'LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH'.
  • Bila kita merasa rezeki kita teramat sempit, susah, sedikit & seret, maka perbanyaklah & sering-seringlah selalu bersedekah.
AYO KITA DUKUNG BERSAMA Bapak Medrin Joni Depati PUTRA DAERAH DARI PESISIR BUKIT SUKSES DI RANTAU  MAU MEMIMPIN DAN MEMAJUKAN KOTA SUNGAI PENUH ⏹️CAWAKO 2021 - 2025
Baca juga artikel berikut ini:
  • Riwayat singkat Bapak Medrin Joni Depati
Jika menurut saudara tausiah ini ada manfaatnya, SilaHkan di-share untuk teman, sahabat, keluarga, atau bahkan orang yang tidak sodara kenal sekalipun.

Berdoalah agar Allah selalu membukakan pintu ilmu, hikmah, taufiq, dan hidayah-Nya hingga menjadi orang-orang yang mengikhlaskan diri kepada Allah.

Minggu, 27 Januari 2019

Kesehatan

Terapi Minum air hangat 
di pagi hari
dr. Handrawan Nadesul

TanahmnowNews, Sekelompok Dokter Jepang menegaskan bahwa air hangathangat 100% efektif dalam menyelesaikan beberapa masalah kesehatan seperti : 
  1. Migrain
  2. Tekanan darah tinggi
  3. Tekanan darah rendah
  4. Nyeri sendi
  5. Peningkatan dan penurunan detak jantung secara tiba-tiba
  6. Epilepsi
  7. Meningkatkan kadar kolesterol
  8. Batuk
  9. Ketidaknyamanan tubuh
  10. Nyeri gout
  11.  Asma
  12. Batuk terus menerus
  13. Penyumbatan pembuluh darah
  14. Penyakit yang terkait dengan Uterus & Urine
  15. Masalah perut
  16. Nafsu makan yang buruk
  17. Juga semua penyakit yang berkaitan dengan mata, telinga & tenggorokan
  18. Sakit kepala

AYO KITA DUKUNG BERSAMA Bapak Medrin Joni Depati PUTRA DAERAH DARI PESISIR BUKIT SUKSES DI RANTAU  MAU MEMIMPIN DAN MEMAJUKAN KOTA SUNGAI PENUH ⏹️CAWAKO 2021 - 2025
Baca juga artikel berikut ini:

BAGAIMANA CARA MEMAKAI AIR HANGAT
Bangun pagi-pagi dan minum sekitar 2 gelas air hangat ketika perut kosong . Anda mungkin tidak dapat membuat 2 gelas di awal tetapi perlahan-lahan.

CATATAN:
JANGAN makan apa pun 45 menit setelah mengambil air.

Terapi air hangat akan menyelesaikan masalah kesehatan dalam jangka waktu yang wajar seperti:
  1.  Diabetes dalam 30 hari
  2.  Tekanan darah dalam 30 hari
  3.  Masalah perut dalam 10 hari
  4.  Semua jenis Kanker dalam 9 bulan
  5. Penyumbatan pembuluh darah dalam 6 bulan
  6. Nafsu makan yang buruk dalam 10 hari
  7. Uterus dan penyakit terkait dalam 10 hari
  8. Masalah Hidung, Telinga, dan Tenggorokan dalam 10 harihari
  9. Mas wanita dalam 15 hari
  10. Penyakit jantung dalam 30 hari
  11. Sakit kepala / migrain dalam 3 hari
  12. Kolesterol dalam 4 bulan
  13. Epilepsi dan kelumpuhan terus menerus dalam 9 bulan
  14. Asma dalam 4 bulan
AIR DINGIN ITU 
TIDAK BAIK UNTUK ANDA !
Jika air dingin tidak mempengaruhi Anda pada usia muda, akan membahayakan Anda di usia tua.

Air dingin menutup 4 urat-urat jantung dan menyebabkan serangan jantung*. Minuman dingin adalah alasan utama untuk serangan jantung.

Ini juga menciptakan masalah di hati karena membuat lemak terjebak di hati*. Kebanyakan orang yang menunggu transplantasi hati adalah korban minum air dingin.

Air dingin mempengaruhi dinding internal lambung,Ini mempengaruhi usus besar dan menghasilkan Kanker

JANGAN TAHAN INFORMASI INI UNTUK DIRI SENDIRI

SEBARKAN, UNTUK SELAMATKAN NYAWA* selamat beraktivitas dan salam sehat

Dibalik keindahan GUNUNG KERINCI & DANAU KALDERA GUNUNG TUJUH

https://www.senayanpost.com/ikhtiar-majukan-wisata-alam-dan-budaya-kerinci-jauh-panggang-dari-api/

Akmaluddin Thalib

Gunung Kerinci (3.805 mdpl) adalah Gunung Berapi tertinggi se Asia Tenggara.
Danau Gunung Tujuh (2.005 mdpl) adalah danau kaldera tertinggi se Asia Tenggara.
Selaku orang yang lahir dan tinggal di Lembah Kerinci, yang merupakan kaki Gunung Kerinci dan Gunung Tujuh, saya sangat bangga akan kedua gunung ini. Keindahan dan kemegahan Gunung Kerinci ini sudah tidak diragukan lagi, banyak para pendaki gunung berlomba untuk menginjakkan kakinya di Puncak Gunung Kerinci. Aku pun punya obsesi sampai di Puncak Kerinci, dan Alhamdulillah terkabulkan saat jadi mahasiswa sekitar tahun 1999 :)
Sedangkan Danau Gunung Tujuh punya daya tarik tersendiri, kawah besar (kaldera) yang sudah menjadi danau menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk berkunjung ke sini. Gunung Tujuh ini sudah kudaki semasa di SMAN Hiang sekitar tahun 1994, tidak lengkap naik gunung ini tanpa berkemah di pinggir danaunya. Kemah di pinggir Danau Gunung Tujuh memberikan pengalaman yang tak terlupakan dan sangat asyik tentunya, malamnya menyalakan api unggun sedangkan paginya menikmati danau yang diselimuti kabut yang tipis, pemandangan yang luar biasa.

POTENSI BENCANA
Dibalik indah dan megahnya kedua gunung ini, sebenarnya tersimpan bahaya yang sangat mengerikan bagi kampung halamanku ini. Gunung Kerinci adalah salah satu gunung api yang sangat aktif saat ini dan di tahun 2018 saja beberapa kali Gunung ini meletus kecil mengeluarkan abu vulkanik, bahkan kemarin Senin (21 Jan 2019) Gunung Kerinci kembali mengeluarkan asap tebal. Jika dilihat morfologi dan topografi (lihat gambar), maka daerah Kec. Kayu Aro merupakan daerah yang akan kena dampak paling parah jika Gunung Kerinci meletus, karena berada di radius 5-10km dari puncak gunung.
Bagaimana dengan Danau Gunung Tujuh?
Sepintas gunung ini aman-aman saja, namun sebenarnya juga menyimpan potensi bahaya. Aku masih ingat saat terjadi gempa besar yang melanda Kerinci tahun 1995, ada isu yang menghebohkan masyarakat yaitu terjadi tsunami. Sepintas memang tidak masuk logika karena memang Kerinci jauh dari laut, namun yang dikhawatirkan bukan air dari laut, tapi air yang dating akibat jebolnya danau gunung tujuh, jika ini terjadi maka air bah besar seperti tsunami akan melanda Kayu Aro dan Lembah Kerinci.
MITIGASI BENCANA
Berada di daerah Gunung berapi bukan lah suatu yang menakutkan, gunung meletus itu adalah siklus yang tidak bisa dihindari. Apalagi saat ini semua gunung api aktif sudah dipantau aktivitasnya oleh PVMBG, jadi sering2 lah menengok informasi dan instruksi dari PVMBG.
Pertanyaanya apa yang harus dilakukan jika gunung meletus? Nah, disinilah pentingnya pengetahuan mitigasi, dimana posisi kita tinggal dan bahaya apa yang akan mengancam, dan yang lebih penting apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Kerinci bisa menjadi acuan, daerah dalam radius 10km dari gunung merupakan daerah yang sangat rawan. Jika terjadi letusan, maka segeralah menjauh dari gunung, bisa menuju ke Tenggara (Lembah Kerinci). Bagi yang berada disepeanjang Sungai Merao, maka hati-hatilah akan bahaya Lahar, baik lahar dingin maupun lahar panas jika terjadi letusan dan diiringi oleh hujan.

Sabtu, 12 Januari 2019

Melacak Asal-Usul Kelompok Masyarakat Kerinci Yang Menghuni Kawasan Koto Lolo - Koto Bento dan Sekitarnya: Kajian Naskah Tambo

Melihat Kerinci dari Sudut Pandang: Arkeologi, Sejarah, Antropologi dan Adat Istiadatnya.

Kepada pembaca yang budiman,
Harap mencantumkan sumber bila hendak membagikan/mengkopi/merujuk/menyalin setiap postingan dalam blog ini. Artikel-artikel yang diposting dalam blog ini hanyalah opini penulis dalam bentuk tulisan populer dan/atau data-data yang diperoleh penulis di lapangan yang belum diolah. Oleh karenanya, dimohonkan kebijaksanaan pembaca.

Melacak Asal-Usul Kelompok Masyarakat Kerinci Yang Menghuni Kawasan Koto Lolo - Koto Bento dan Sekitarnya: Kajian Naskah Tembo

Melacak Asal-Usul Kelompok Masyarakat Kerinci Yang Menghuni Kawasan Koto Lolo - Koto Bento dan Sekitarnya: Kajian Naskah Tembo

Jihat Ninek Singarajo Gedang yang terletak di tengah permukiman Dusun Tengah-Koto Lolo, Dokumentasi: Alimin Depati

Naskah-naskah tembo Kerinci yang telah dialihaksarakan oleh P. Voorhoeve pada tahun 1941, terutama yang ditulis pada media tanduk kerbau, umumnya menceritakan tentang riwayat dan silsilah para leluhur tokoh pendiri dusun, tempat di mana naskah kuna itu disimpan. Di antara naskah-naskah tembo tersebut dimiliki oleh kelompok masyarakat adat Kerinci yang menghuni kawasan Koto Lolo dan Koto Bento. Kawasan ini berada di sebelah Utara Kota Sungai Penuh, termasuk ke dalam kecamatan Pesisir Bukit. Secara adat, kawasan ini mungkin berbatas dengan wilayah adat masyarakat Koto Keras di Sebelah Selatan dan wilayah adat Sungai Liuk di sebelah Utaranya.

Hasil alihaksara naskah-naskah Te(a) mbo Kerinci (TK) yang disimpan di dalam kawasan adat ini diberi nomor TK 25 hingga 28 , TK 30-32 dan TK 34-35 dalam bagian Mendapo Rawang oleh Voorhoeve (lihat disini). Naskah-naskah ini umumnya berisi tentang asal-usul dan silsilah nenek moyang masyarakat yang ada di sana. Dalam tulisan ini, penulis hanya mengambil beberapa contoh alihaksara tembo tersebut,sebagai berikut:

Pertama, tembo Kerinci (TK) 26 dan 27, merupakan naskah surat incung yang ditulis pada media tanduk kerbau. Teks pada naskah TK 26 terdiri atas 33 baris,sementara naskah TK 27 terdiri atas 17 baris. ke dua naskah ini merupakan naskah pusaka yang disimpan oleh Bujang Pandiang Alam Lapang dusun Kuto Bento. Berikut hasil alihaksara yang dilakukan oleh Voorhoeve terhadap naskah ini:

TK 26 berbunyi,
"(1) Hini surat tutur takala masa dahulu (tu) run di kuta baringin hadapun (2) handir pangkat sapa laki handir pangkat sanginda panjang sapa hanak bagalar sapangkat (3) sapangkat tadi mangada hanak hurang tujuh sapa hanak dingan tuwa bagalar handir hunut(4) sudah handir hunut handir mulan (5) sapa hadik handir mulan handir gadang sapa (6) hadik handir gadang salih mandayu sapa handik salih manda (7) yu mangku garang sapa hadik mangku garang manti manih hadik manti manih ma (8) ………..saka hitu halah galar hanak sapangkat hurang tujuh hanak dingan tuwa tadi bagalar (9) handir hunut ngadakan buyang pandi (10) yan batampat kuta baringin sudah hitu mangadakan dipati singalaga hada….i…….bujang pandiyan (11) mamagang hutan tanah mengana’u hutih batih si (12) ngan mana hutih batih hiyang di (13) …..pa ga silan (:singan?) batu balarik tangah laman riya lamalan lalu mara (14) sakungkung mati man (u)ju bat(u) bahakuk singan situ hutan bujang pandi (15) …….jan di mudik sapa kanti babidi hijalah riya gamalaw riya lurah(16) sapa pula dingan di dilin (:hilir?)…. (17) caya dipati singarapi kanti bahutih babatih sama tangah……. (18) singa raja hilah ......................................"


TK 27 berbunyi,
" (1) hini surat hurang manunggu kuta baringin sapa manunggu nd pangkat (2) sapa laki sanginda panjang sapa hanak sapangkat sapangkat ngada hanak hurang (3) tujuh sapa bilang hanak salima dayu mangku garang manti manis malin suka sada hitu (4) hanak jantan hini bilang hanak batina batiga sapa nama samulan (5) sudah handi gada sudah handir hunuk handir hunuk ngada (6) kan hanak bujang pandiyan batampat di kuta bari(7) ngin bujang pandiyan hitu (8) halah butas babartas dingan (9) hiya luhah singan pinang balarik lalu ka jambu saka lalu ka ba (10) tu balarat tangah huma riya gamalar (11) lalu mara sakungkung (ma)ti lalu ka batang dikuk situ huta (12) s batas bujang pa(ndi)jan dingan … caya dipati (13) singa ka(?)………………h (14) sapa di ngan sanak bujang pa(ndi)yan batampat di kuta ba (15) ringin hiyalah ha………ha(?)nduh (hanak) (16) ngada hanak bujang panda…….(17) di laman di kuta ba(ringin)"

Ke dua naskah ini isinya paralel, yaitu menceritakan tentang asal usul tokoh Bujang Pandiyang sebagai nenek moyang masyarat adat di Koto Bento serta wilayah adat yang dikuasai oleh Bujang Pandiyang sebagai leluhur mereka. Menurut naskah ini Bujang Pandiang berasal dari permukiman kuno yang dulu disebut sebagai Kuto Baringin (Kuto Bingin, berada di perbukitan desa Sungai Liuk, sekarang). Dalam naskah 26 maupun 27 dikatakan bahwa Kuto Baringin dihuni oleh sepasang leluhur yang bernama Sanginda Panjang dan Andir Pangkat atau disebut juga dengan nama Sapangkat. Mereka mempunyai tujuh orang anak, tiga orang perempuan yaitu: (1) Andir Unut; (2) Andir Mulan; (3) Andir Gedang, dan empat orang laki-laki yaitu (1) Salih Mandayu; (2) Mangku Garang; (3) Manti Manis dan (4) Malin Suka. Anak Sanginda Panjang yang tertua yaitu Andir Unut memiliki seorang anak laki-laki bernama Bujang Pandiang bertempat di Kuto Baringin kemudian turun ke Koto Bento.

Bujang Pandiang inilah yang dianggap sebagai tokoh leluhur masyarakat Koto Bento. dengan batas-batas wilayah kekuasaannya masing-masing: batas di sebelah Mudik dengan Rio Luhah sehingga Pinang Balarik hingga ke Jambu Sako lalu ke Batu Balarat Tengah Umo (laman) Rio Gamalar, lalu Maro Sekungkung Mati lalu ke Batang Dikuk. Batas di sebelah Hilir dengan Datuk Caya Depati (dusun Baru Sungai Penuh), sementara batas sebelah Barat (samo tengah) dengan Singaraja.
⭕⭕⭕
Pemangku Adat di dusun Koto Bento. Sumber: Haris Bento FB

Naskah selanjutnya TK 30, menceritakan mengenai anak keturunan Bujang Pandiang di kawasan Koto Bento-Koto Lolo. Naskah TK.30 ditulis menggunakan aksara surat Incung dengan teks terdiri dari 11 baris ditulis pada tanduk kerbau dan disimpan sebagai pusaka Tamai Nyato Negeri di dusun Koto Lolo, berikut bunyi naskah menurut Voorhoeve:

"(1) Hini surat tutur bujang paniyam sarata jadi dingan dapati sarata pamangku sarata da (2) tuk caya dapati tah(?) bujang paniyam mangadakan hanak hurang hampat surang laki-laki batiga (3) batina surang bini tandang juwara surang bini patih suka nagara diyam di kuta lima sarin (4) surang bagalar canti bami’in samat diyam dim sarata ca(ya) dapati tanah kamun (5) mangada hanak surang muka mati tini (:bini?) di kamun(6) surang bini patih muda diyam kuta ranah (7) muka d(i) bawanya mudik jadi singa raja madapat hanak hurang mpat (8) surang jara bangsu duwa dingan patih katakan hanak sadayang bunga padi baduwa dingan ninik ngkak (9) berapa hanak jadi singaraja duwa hurang surang ninik hitam (10) surang ninik ngsu sada hitu tutu (11) rnya"

Naskah TK 30 menceritakan kelanjutan silsilah dari Bujang Pandiang, di mana disebutkan bahwa Bujang Pandiyang (Bujang Paniyam) memiliki empat orang anak yang terdiri dari seorang laki-laki dan tiga orang perempuan. Adapun anaknya yang perempuan masing-masing, (1) istrinya (bini) Tandang Juara; (2) istrinya Patih Suka Negara bertempat tinggal di Kuto Limau Sering,(3) istrinya Patih Muda bertempat tinggal di Kuto Renah. Seorang laki-laki bernama Canti Bami'in Samat menikah di Kumun dan memiliki seorang anak, setelah istrinya di Kumun meninggal, Canti Bamiin pulang ke dusun asalnya (Koto bento-Koto Lolo) dan mendapat gelar sebagai Singaraja. Singaraja kemudian memiliki empat orang anak lagi yaitu Jara Bungsu, Patih, Ninek Hitam dan Ninek Bungsu. Patih memiliki dua orang anak yang bernama Sidayang Bunga Padi dan Ninik Angkak. Tetapi isi naskah TK. 30 ini agak berlainan dengan naskah TK 34 yang juga menceritakan tentang silsilah Singaraja sebagai nenek moyang orang Koto Lolo.

Naskah TK 34 ditulis menggunakan aksara surat incung pada tanduk kerbau. Teksnya terdiri dari 19 baris dan disimpan sebagai pusaka Singaraja Pait Dusun Tengah Koto Lolo. Berikut bunyi teks naskah menurut Voorhoeve:

"(1) hini surat tutur hinik singaraja (2) mada hanak hurang hanat tatkala masa hitu (3) sapa galarna hiya juga ninik dayang dawa di (4) ngan ninik ha (ci?) ‘uk tiga dingan (5) ninik hitang hampat dingan ninik (6) tandak jura lima dingan ninik (7) pajinak hanak dingan ninik patih (8) mudata janji ninik nasanitjar hasan singara (9) ja dilir halah sambuwang hanak hanya hurang ha10) nam hitu halah pasak singaraja ninik (11) dayang mangada hanak singaraja gada ninik (12) hangku mangada hanak datuh saka raja ntandan ju (13) hara mangada hanik cucung raja mungga nanang nanang (14) ninik hitang mangada hanik cucung singa (15) raja diyam di kutabakarak hada (16) mada hanak cucung singaraja diyat (17) kuta karak sudah tamat (18) surat tutur singaraja datung (19) saka raja"


Berbeda dengan naskah TK 30, TK 34 menyebutkan bahwa Singaraja memiliki enam orang anak yaitu: (1) Ninek Dayang; (2) Ninek ha(ci)'uk (teksnya salah, kemungkinan maksudnya Ninek Angku) ; (3) Ninik Itam; (4) Tandak Jura/Tandang Juara; (5) Pajinak; (6) Patih Muda. Ninek Dayang kemudian memiliki anak yang bergelar Singaraja Gedang, Ninek Angku memiliki anak bergelar Datuk Suka Raja, Tandang Juara memiliki anak cucu bergelar Raja Mungga, Ninek Itam memiliki anak cucu bergelar Singaraja yang bertempat tinggal di Kuto Bakarak (Kuto Karak). Naskah lain yang menceritakan tentang keturunan Singaraja adalah TK. 50 bertulis Arab-Melayu (pada kertas) yang disimpan sebagai pusaka Depati Setio Nyato dusun Kuto Keras yang menyebutkan bahwa:


"..........Singaraja mengadakan anak berempat bedua betina, bedua jantan, Juho Bungsu Putih, Mengiba, Nenek Angkok, Nenek Dayang Putih Alim Dungek. Nenek Angkat (Angkok) mengadakan anak orang lima, Singaraja tua, Singaraja Gedang, Muda Hijo, iya musuh tiba, Dari Idat, itulah bini panglima, mengadakan orang lima. Siapa galarnya? iya juga Singahama, Datuk Suka Raja, Belang Putih, Siadah, Setawa, enam dengan Sutan Dibila, itulah anak Panglima. Dara Nohan mengadakan anak seorang. Siapa gelarnya? iya juga Perang mengadakan anak betiga. Siapa galarnya? iya juga Teras Bintang, Tamilang Manis, Pangku Muda itulah. Dari Cayonu mengadakan anak orang lima. Siapa gelarnya? Lilo dirajo, Datuk Sari Nyato. Pemangku Tanang Juro, Dari Imbang Idak, Singa Lunak. Lilo Derajo mengadakan anak bertiga, berdua jantan seorang betina. Siapa galarnya? iya juga Mamegah, Induk Iman, Sutan Simagak berempat dengan anak bini mudanya. Siapa gelarnya iya juga Capamuk Dusut. Itulah tutur nenek Singarajo pada bulah Zulhijjah pada hari tarawih hari ‘Arafah sudah menyurat......"


Jikalau kita runut kembali isi naskah-naskah di atas, dapatlah disimpulkan bahwa nenek moyang orang Koto Bento dan Koto Lolo berasal dari sebuah permukiman tua di atas bukit yang dinamakan Kuto Bingin (Kuto Baringin). Mereka menarik silsilah dari Bujang Pandiang dan secara khusus melalui terah Singaraja, anak keturunan Bujang Pandiang berkembang di Koto Lolo. lalu siapakah Andir Pangkat dan Sangindo Panjang yang juga disebut sebagai orangtua dari Bujang Pandiang ini? asal usul mereka dijelaskan dari naskah tembo yang berasal dari dusun adat lain, naskah-naskah ini tentunya saling terkait sehingga dapat menjelaskan bagaimana hubungan geneologis masyarakat Koto Lolo-Koto Bento dengan masyarakat adat lain di sekitarnya, perihal ini akan dibahas di lain kesempatan.

Lebih lanjut Alimin Depati memaparkan bahwa sistem duduk adat yang berlaku di wilayah adat Koto Lolo disebut dengan Depati duo Nenek, duo luhah yang berlima badan perahu. Depati duo nenek yang dimaksud adalah Depati Mudo yang turun dari Koto Pandan dan Depati Sungailago yang turun dari Koto Bingin. Sementara yang dimaksud duo luhah terdiri dari (1) luhah Bujang Pandiyang empat di bawah dan Rio Tamahak serta (2) Singarajo dan Rio Manganum. Adapun yang dimaksud berlimo badan perahu yaitu: (1) Bujang Pandiyang 4 Di Atas; (2) Rio Gilang; (3) Rio Suko Dano; (4) Tamai; (5) Datuk Najo.

Sumber:

  • Salinan Tambo Kerinci oleh Petrus Voorhoeve, dipublis oleh Uli Kozok melalui http://ipll.manoa.hawaii.edu/tambo/b.html, diakses 23 Januari 2018 
  • Alimin Depati, melalui postingan di https://www.facebook.com/alimin.dpt

Artikel Terkait:

Suku Kerinci


Wanita dan anak-anak desa suku Kerinci di masa Hindia Belanda

Suku Kerinci adalah suku bangsa yang mendiami wilayah Kabupaten Kerinci, Jambi.
Daftar isi
1 Bahasa dan Budaya Kerinci
2 Pemerintahan
3 Hubungan Kekerabatan
4 Hubungan Kemasyarakatan
5 Pranala luar

Bahasa dan Budaya Kerinci
Nama Kerinci berasal dari bahasa Tamil, yaitu nama bunga kurinji (Strobilanthes kunthiana) yang tumbuh di India Selatan pada ketinggian di atas 1800m yang mekarnya satu kali selama dua belas tahun. Karena itu Kurinji juga merujuk pada kawasan pegunungan. dapat dipastikan bahwa hubungan Kerinci dengan India telah terjalin sejak lama dan nama Kerinci sendiri diberikan oleh pedagang India Tamil

Suku Kerinci sebagaimana juga halnya dengan suku-suku lain di Sumatera adalah penutur bahasa Austronesia.

Berdasarkan bahasa dan adat-istiadat suku Kerinci termasuk dalam kategori Proto Melayu, dan paling dekat dengan Minangkabau Deutro Melayu dan Jambi Deutro Melayu. Sebagian besar suku Kerinci menggunakan bahasa Kerinci, yang memiliki beragam dialek, yang bisa berbeda cukup jauh antar satu dusun dengan dusun lainnya di dalam wilayah Kabupaten Kerinci dan Kota Madya Sungai Penuh - setelah pemekaran wilayah tahun 2008. Untuk berbicara dengan pendatang biasanya digunakan bahasa Minangkabau atau bahasa Indonesia (yang masih dikenal dengan sebutan Melayu Tinggi).

Suku Kerinci memiliki aksara yang disebut aksara incung yang merupakan salah satu variasi surat ulu.

Sebagian penulis seperti Van Vollenhoven memasukkan Kerinci ke dalam wilayah adat (adatrechtskring) Sumatera Selatan, sedangkan yang lainnya menganggap Kerinci sebagai wilayah rantau Minangkabau.

Suku Kerinci merupakan masyarakat matrilineal.

Sebagaimana diketahui dari Naskah Tanjung Tanah, naskah Melayu tertua yang ditemukan di Kerinci, yang dikirimkan oleh raja Malayu di Dharmasraya pada abad ke-14 kepada depati di Kerinci dan telah disetujui oleh maharajadiraja Adityawarman yang berada di Suruaso dekat Pagaruyung di Tanah Datar.
Pemerintahan

Satu kelompok masyarakat di dalam satu kesatuan dusun dipimpin oleh kepala dusun, yang juga berfungsi sebagai Kepala Adat atau Tetua Adat. Adat istiadat masyarakat dusun dibina oleh para pemimpin yang jabatannya yaitu Depati dan Ninik Mamak. Dibawah Depati ada Permenti (Rio, Datuk dan Pemangku) merupakan gelar adat yang mempunyai kekuatan dalam segala masalah kehidupan masyarakat adat.Wilayah Depati Ninik Mamak disebut ‘ajun arah’. Struktur pemerintahan Kedepatian:

  • Depati Mudo Udo Nanggalo Terawang Lidah berpusat di Penawar;
  • Depati Empat Pemangku IV-8 (baca: Empat Delapan) Helai Kain Alam Kerinci, Rawang;
  • Depati Empat Rencong Telang, berpusat di Pulau Sangkar;

Pegawe Rajo Pegawe Jenang Suluh Bindang Alam Kerinci, berpusat di Sungai Penuh;
Siliring Panjang atau Kelambu Rajo, berpusat di Lolo;
Depati Gembalo Sembah Tigo Luhah Pemuncak Tanah Mendapo Semurup, berpusat di Semurup ;
Lekuk Limo Puluh Tumbi, bepusat di Lempur;
Depati Intan dan Depati Mangkubumi Tigo Luhah Tanah Sekudung, berpusat di Siulak;

dan Depati Lainnya ialah: Tiga di Hilir Empat Tanah Rawang

  1. Depati Muara Langkap, berpusat di Tamiai;
  2. Depati Biang Sari, berpusat di Pengasi;
  3. Depati Atur Bumi dan Depati Batu Hampar, berpusat di Hiang;
  4. Depati Sirah Mato, berpusat di Seleman;
  5. Depati Mudo dan Depati Singa Lago, di Rawang;


Tiga di Mudik Empat Tanah Rawang

  1. Depati Kepalo Sembah, di Semurup;
  2. Depati Setuo, berpusat di Kemantan;
  3. Depati VII, berpusat di Sikungkung;
  4. Depati Niat di Rawang;

Kekuatan Depati menurut adat dikisahkan memenggal putus, memakan habis, membunuh mati. Depati mempunyai hak yang tertinggi untuk memutuskan suatu perkara. Dalam dusun ada 4 pilar yang disebut golongan 4 jenis, yaitu golongan adat, ulama, cendekiawan dan pemuda. Keempat pilar ini merupakan pemimpin formal sebelum belanda masuk Kerinci 1903. Sesudah tahun 1903, golongan 4 jenis berubah menjadi informal leader. Pemerintahan dusun(pemerintahan Depati) tidak bersifat otokrasi. Segala maslah dusun, anak kemenakan selalu diselesaikan dengan musyawarah mufakat.

Ninik Mamak mempunyai kekuatan menyelesaikan masalah di dalam kalbunya masing-masing. Dusun terdiri dari beberapa luhah. Luhah terdiri dari beberapa perut dan perut terdiri dari beberapa pintu, di dalam pintu ada lagi sikat-sikat. Bentuk pemerintahan Kerinci sebelum kedatangan Belanda dengan system demokrasi asli, merupakan system otonomi murni. Eksekutif adalah Depati dan Ninik Mamak. Legislatif adalah Orang tuo Cerdik Pandai sebagai penasihat pemerintahan. Depati juga mempunyai kekuasaan menghukum dan mendenda diatur dengan adat yang berlaku dengan demikian dwifungsi Depati ini adalah sebagai Yudikatif dusun. Ini pun berlaku sampai sekarang untuk pemerintah desa, juga pada Zaman penjajahan Belanda dan Jepang dipergunakan untuk kepentingan memperkuat penjajahannya di Kerinci.
Hubungan Kekerabatan

Masyarakat Kerinci menarik garis keturunan secara matrilineal, artinya seorang yang dilahirkan menurut garis ibu menurut suku ibu. Suami harus tunduk dan taat pada tenganai rumah, yaitu saudara laki-laki dari istrinya. Dalam masyarakat Kerinci perkawinan dilaksanakan menurut adat istiadat yang disesuaikan dengan ajaran agama Islam.

Hubungan kekerabatan di Kerinci mempunyai rasa kekeluargaan yang mendalam. Rasa sosial, tolong-menolong, kegotongroyongan tetap tertanam dalam jiwa masyarakat Kerinci. Antara satu keluarga dengan keluarga lainnya ada rasa kebersamaan dan keakraban. Ini ditandai dengan adanya panggilan-panggilan pasa saudara-saudara dengan nama panggilan yang khas. Karenanya keluarga atau antar keluarga sangat peka terhadap lingkungan atau keluarga lain. Antara orang tua dengan anak, saudara-saudara perempuan seibu, begitupun saudara-saudara laki-laki merupakan hubungan yang potensial dalam menggerakkan suatu kegiatan tertentu.
Hubungan Kemasyarakatan

Struktur kesatuan masyarakat Kerinci dari besar sampai yang kecil, yaitu kemendapoan, dusun, kalbu, perut, pintu dan sikat. Dalam musyawarah adat mempunyai tingkatan musyawarah adat, pertimbangan dan hukum adat, berjenjang naik, bertangga turun, menurut sko yang tiga takah, yaitu sko Tengganai, sko Ninik Mamak dan sko Depati.

Perbedaan kelas dalam masyarakat Kerinci tidak begitu menyolok. Stratifikasi sosial masyarakat Kerinci hanya berlaku dalam kesatuan dusun atau antara dusun pecahan dusun induk. Kesatuan ulayat negeri atau dusun disebut parit bersudut empat. Segala masalah yang terjadi baik masalah warisan, kriminal, tanah dan sebagainya selalu disesuaikan menurut hukum adat yang berlaku.

Pranala luar
Kinship, Property and Inheritance in Kerinci, Central Sumatra Cuplikan tesis C.W. Watson tentang masyarakat Kerinci

Sejarah kesultanan Jambi

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas pelajaran sejarah indonesia tentang Sejarah Perkembangan Islam Di Jambi .

Kesultanan Jambi adalah kerajaan Islam yang berkedudukan di provinsi Jambi sekarang. Kerajaan ini berbatasan dengan Kerajaan Indragiri dan kerajaan-kerajaan Minangkabau seperti Siguntur dan Lima Kota di utara. Di selatan kerajaan ini berbatasan dengan Kesultanan Palembang (kemudian Keresidenan Palembang). Jambi juga mengendalikan lembah Kerinci, meskipun pada akhir masa kekuasaannya kekuasaan nominal ini tidak lagi dipedulikan.

Ibukota Kesultanan Jambi terletak di kota Jambi, yang terletak di pinggir sungai Batang Hari. Secara geografis, Jambi tidak Terpisah dari wilayah Nusantara sebagai satu kesatuan. Oleh karenanya, proses kedatangan Islam ke Indonesia sangat berkaitan dengan kedatangan Islam ke Jambi. Kehadiran para pedagang Islam yang singgah di berbagai pelabuhan sepanjang pesisir timur pulau Sumatra, yang merupakan satu-satunya jalur paling strategis pelayaran perdagangan Timur Tengah–India–Tiongkok dan sebaliknya, menjadikan daerah-daerah yang berada di sepanjang pesisir timur pulau Sumatera dan sepanjang Selat Malaka memiliki peran penting, karena di daerah-daerah tersebut seluruh kapal dapat singgah guna mendapatkan suplai air minum dan barang-barang perbekalan lainnya.

Agama Islam diyakini telah hadir di Jambi sekitar abad 7 M dan berkembang menjadi agama kerajaan setelah abad 13 M. Orang Parsi (Iran), Turki dan bangsa Arab lainnya telah hadir di pantai timur Jambi (Bandar Muara sabak) sekitar abad 1 H (abad 7 M). Dalam catatan I-Tsing disebutkan bahwa sewaktu ia mengunjungi Melayu (Mo-lo-yeu), ia menumpang kapal Persia (Iran). Pada masa itu di Iran, agama Islam telah menyebar dalam masyarakatnya. Walaupun perkiraan kehadiran Islam di Jambi sekitar abad 7 M namun penyebarannya masih terbatas pada segelintir orang tertentu saja, terutama di kalangan rakyat pedagang di sekitar kota pelabuhan dan bandar-bandar.

Proses Simbiosis dan akulturasi Islam dengan masyarakat Jambi berlangsung cukup lama dalam suasana damai tanpa kekerasan bahkan ajaran Islam melekat dalam kehidupan masyarakat Melayu Jambi seperti tergambar dalam adagium “Adat bersendikan syarak, Syarak bersendikan kitabullah”.

Dalam proses Islamisasi di Jambi peran cukup dominan bahkan memegang tampuk penggerak kerena sejak peralihan kerajaan Melayu kuno ke Melayu Islam, dimana Raja-Raja atau penguasanya adalah keturunan langsung Akhmad Barus II.

Achmad Barus II dipanggil oleh masyarakat Jambi dengan sebutan Datuk Paduko Berhalo. Ia adalah putra Sultan Turki bernama Sultan Saidina Zainal Abidin, dari keturunan ke-7 silsilah keturunan Nabi Muhammad SAW (keturunan dari Husin bin Fatimah binti Rasulullah SAW). Dalam sejarah Jambi disebutkan bahwa Datuk Paduko Berhalo menikah dengan Tuan Puteri Selaro Pinang Masak yang merupakan seorang raja putri yang berkuasa di Ujung Jabung dan melahirkan banyak keturunan yaitu:


  • Orang Kayo Pingai 
  • Orang Kayo Kedataran 
  • Orang Kayo Hitam 
  • Orang kayo Gemuk
  • Baik pada masa pemerintahan Putri Selaras Pinang Masak, maupun pemerintahan Orang Kayo Pingai dan masa pemerintahan Orang Kayo Kedataran belum tampak pengaruh agama Islam dalam pemerintahan dan penduduk. Namun setelah Orang Kayo Hitam naik tahta tahun 1500 M ia melepaskan hubungan dengan Majapahit dan mengumumkan agar seluruh penduduk harus memeluk agama Islam. Pengumuman ini diterima dengan baik oleh penduduk, sama dengan cara penerimaan agama Hindu Buddha sebelumnya. Naluri ketimuran yang biasa terpimpin dari atas menambah suksesnya perkembangan agama baru itu oleh raja dan pembesar-pembesar negeri. Struktur pemerintahan disesuaikan dengan perkembangan agama Islam. Gelar Raja berubah menjadi Penembahan dan kemudian Sultan. Gelar Sultan tetap dipakai sampai dengan dihapuskan Kerajaan Jambi setelah kekalahan Sulthan Thaha Syaifiddin dalam menentang pejajahan Belanda.

    Orang Kayo Hitam selama hidupnya melakukan banyak hal dan berjasa bagi Islam di Jambi. Salah satu di antaranya adalah mengislamkan penduduk Jambi seperti tertulis di dalam Pasal 36 Piagam Jambi.

    Berikut adalah daftar Sultan Jambi.
    Tahun Nama atau gelar
    1. 1790 – 1812 Mas’ud Badruddin bin Ahmad Sultan Ratu Seri Ingalaga
    2. 1812 – 1833 Mahmud Muhieddin bin Ahmad Sultan Agung Seri Ingalaga
    3. 1833 – 1841 Muhammad Fakhruddin bin Mahmud Sultan Keramat
    4. 1841 – 1855 Abdul Rahman Nazaruddin bin Mahmud
    5. 1855 – 1858 Thaha Safiuddin bin Muhammad (pertama kali)
    6. 1858 – 1881 Ahmad Nazaruddin bin Mahmud
    7. 1881 – 1885 Muhammad Muhieddin bin Abdul Rahman
    8. 1885 – 1899 Ahmad Zainul Abidin bin Muhammad
    9. 1900 – 1904 (kedua kali)Ahmad Zainul Abidin bin Muhammad 
    10. 1904 Dihancurkan Belanda

    2012 Abdurrachman Thaha Safiuddin (Dinobatkan pada Tanggal 18 Maret 2012)


    Terjemahannya:
    Pasal yang tiga puluh enam: Pri menyatokan awal Islam di Jambi zaman Orang Kayo Hitam bin Datuk Paduko Berhalo yang mengislamkannyo. Kepado hijrat Nabi Sallallahi Alaihi Wassalam 700 tahun kepado tahun Alif bilangan Syamsiah, dan kepado sehari bulan Muharam, hari Kemis, pada waktu zuhur, maso itulah awal Islam di Jambi mengucap duo kalimat Syahadat, sembahyang limo waktu, puaso sebulan ramadhan, zakat dan fitrah, barulah berdiri rukun Islam yang limo.

    Metode penyebaran Islam yang diterapkan oleh Orang Kayo Hitam adalah melalui kinerja pegawai syarak. Di setiap dusun diangkat oleh raja pegawai syarak dan di dusun-dusun yang tergolong besar diangkat pula seorang kadi. Pegawai syarak tersebut adalah sebagai berikut:
  • Imam Masjid
  • Khotib
  • Bilal
  • Mudim
  • Kadi (Hakim Agama)

  • Kejayaan kebudayaan Melayu Islam Jambi dimulai masa pemerintahan Sultan Abdul Kahar (1615–1643 M). Pada masa kejayaannya maka kebudayaan Melayu Islam mampu menggantikan posisi kebudayaan Melayu Budhis sebagai pusat ide dan inspirasi masyarakat. Dalam perkembangannya ternyata pengaruh Islam sangat mendalam tertanam di hati dan jiwa orang Melayu Jambi mencakup segala aspek kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik dan pemerintahan, kepercayaan, hukum adat, pendidikan, bahasa, dan adat istiadat.

    Perdagangan lada merupakan komoditas yang sangat menguntungkan. Pada mulanya pihak kesultanan (yang juga bertindak sebagai pengumpul dan penjual) melakukan perdagangan dengan orang-orang Portugis, perusahaan dagang Inggris dan juga Hindia Timur Belanda. Para perusahaan dagang tersebut juga melibatkan orang-orang Cina, Melayu, Bugis dan Jawa. Dari monopoli perdagangan dan bea Impor Ekspor inilah para Sultan Jambi menjadi kaya dan membiayai perjalanan Pemerintahannya. Dengan posisi demikian Jambi ikut berperan aktif dalam hubungan Internasional,

    Pada tahun 1670 an keperkasaan Jambi sebanding dengan Palembang dan Johor. Kondisi inilah yang menarik para pedagang dan ulama datang ke Jambi, diantaranya Al-Habib Husen setelah beberapa saat tinggal di Malaka atau Johor yang sekaligus membekali dengan kemampuan berbahasa Melayu yang merupakan media pengikat dengan masyarakat Jambi. Ada juga informasi bahwa Al-Habib Husen sebelum ke Jambi beliau menetap dan kawin di Palembang. Beberapa tahun kemudian baru pindah dan menetap di Pecinan Seberang Kota Jambi.

    Al-Habib Husen bin Ahmad Baragbah yang juga di kenal sebagai Tuanku Keramat Tambak, juga merupakan kuturunan dari Rasulullah SAW. Silsilah beliau yaitu: Said Husen bin Abdurrahman bin Umar bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Al Faqih Al Muqaddam bin Muhammad bin Ali Ba`alawi bin Muhammad bin Shohibu Marbat bin Ali Al Khali Qosam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Abdullah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad An wajib bin Ali al_Uraidhi bin Ja`far As-shodig bin Muhammad Al_Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Fatimah binti Rasulillah SAW.

    Dari silsilah nama ini tampak jelas ada hubungan leluhur lansung dengan Akhmad Salim/Akhmad Barus. Berarti Said Husain juga adalah Alawiyin yang menyebarkan agama islam di Jambi.

    Kehadiran Said Husin bin Ahmad Baragbah bersama anaknya bernama Said Qosim tinggal di kampung Arab Melayu. Selama 35 tahun ia menurunkan ilmu ajaran Islam dan setelah wafat di tahun 1173 H (1743 M) di lanjutkan oleh anak dan para muridnya. Makamnya di perkuburan khusus keturunan Ahlul Bait Rasulullah SAW di Tahlul Yaman yang dikenal juga sebagai makam Keramat Tambak. Nama Tambak di lekatkan di sana karena makam ini di tinggikan dengan penimbunan tanah yang disebut masyarakat sebagai Tambak. Sayyid Qosim wafat di tahun 1186 H (1756 M) dan di makamkan di samping makam ayahnya.





    SEJARAH KERAJAAN MELAYU JAMBI

    KERAJAAN MELAYU JAMBI
    berdasarkan teori, ibu negara Kerajaan Malayu dikaitkan dengan Muaro Jambi, muara sungai Batanghari, Jambi, Sumatera. Tetapi berbagai negeri (kadatuan) Melayu lainnya pun bersemi sebelum ditawan oleh Srivijaya pada akhir abad ke-7 Masihi, seperti KerajaanLangkasuka, Pan Pan dan Panai.
    Kerajaan Melayu (juga digelar Malayu, Kerajaan Dharmasraya atau Kerajaan Jambi) ialah sebuah kerajaan Asia Tenggara yang telah wujud antara abad ke-4 dan ke-13 pada tahun Masihi. Ia telah ditubuhkan di sekitar di mananya kini Jambi di Sumatra, Indonesia

    Lokasinya adalah lebih kurang 200km utaraPalembang. Sekitar 688 M, MaharajaJayanasa mengintegrasikan Jambi ke dalam empayar Srivijaya. Menurut Yijing, Melayu yang awal (dieja sebagai Ma-La-Yu dalam tulisan bahasa China ialah sebuah kerajaan berdikari. Pada lewat abad ke-7 M, sami Yijingmerakamkan bahawa kali kedua dia pulang semula ke Ma-La-Yu, ia telah ditawan oleh Srivijaya. Tambahan, Melayu telah mencapai kawasan-kawasan yang menghasilkan emas di daerah pendalaman Sumatra. Ini secara lambat menambahkan martabat Melayu yang berdagang pelbagai barangan tempatan, termasuk emas, dengan para pedagang asing. Perkataan Melayu telah dipahatkan (tahun 1286) pada sebuah patung Padang Rocore di muara sungai Muara Jambi.Menurut Ensiklopedia Malaysia, tulisan India silam dalam Ramayana dan Vayu Purana (Abad ke-3 SM), perkataan bahasa Sanskrit 'Malayadvipa' (secara harfiah 'Pulau Melayu') telah disebut, merujuk pada Sumatra.

    Antara 1079 dan 1088, rakaman China menunjukkan bahawa Srivijaya mengirim duta dari Jambi dan Palembang. Pada 1079 khususnya, seorang duta dari Jambi dan Palembang setiapnya untuk melawat China. Jambi mengirim dua duta ke China pada 1082 dan 1088. Ini bercadang bahawa pusat Srivijaya sering beralih di antara dua buah bandar utama itu sewaktu zaman itu. Ekspedisi Chola dan juga jalan perdagangan yang berubahan melemahkan Palembang, membenarkan Jambi untuk mengambil pucuk pimpinan Srivijaya dari abad ke-11 dan selanjutnya.

    Kerajaan Pagaruyung
    Kerajaan Pagaruyung adalah sebuahKerajaan Melayu yang pernah berdiri, meliputi provinsi Sumatera Baratsekarang dan daerah-daerah di sekitarnya. Nama kerajaan ini dirujuk dari Tamboyang ada pada masyarakat Minangkabau, yaitu nama sebuah nagari yang bernama Pagaruyung dan juga dapat dirujuk dari inskripsi cap mohor Sultan Tangkal Alam Bagagar dari Pagaruyung.Sebelumnya kerajaan ini tergabung dalam Malayapurasebuah kerajaan yang pada Prasasti Amoghapasa disebutkan dipimpin olehAdityawarman, yang mengukuhkan dirinya sebagai penguasa Bhumi Malayudi Suwarnabhumi. Termasuk pula di dalam Malayapura adalah kerajaanDharmasraya dan beberapa kerajaan atau daerah taklukan Adityawarman lainnya.

    Munculnya nama Pagaruyung sebagai sebuah kerajaan Melayu tidak dapat diketahui dengan pasti, dari Tambo yang diterima oleh masyarakat Minangkabautidak ada yang memberikan penanggalan dari setiap peristiwa-peristiwa yang diceritakan, bahkan jika menganggapAdityawarman sebagai pendiri dari kerajaan ini, Tambo sendiri juga tidak jelas menyebutkannya. Namun dari beberapa prasasti yang ditinggalkan oleh Adityawarman, menunjukan bahwa Adityawarman memang pernah menjadi raja di negeri tersebut, tepatnya menjadiTuhan Surawasa, sebagaimana penafsiran dari Prasasti Batusangkar.
    Adityawarman pada awalnya dikirim untuk menundukkan daerah-daerah penting di Sumatera, dan bertahta sebagai raja bawahan (uparaja) dariMajapahit.Namun dari prasasti-prasasti yang ditinggalkan oleh raja ini belum ada satu pun yang menyebut sesuatu hal yang berkaitan dengan bhumi jawa dan kemudian dari berita Cina diketahui Adityawarman pernah mengirimkan utusan ke Cina sebanyak 6 kali selama rentang waktu 1371 sampai 1377.

    Setelah meninggalnya Adityawarman, kemungkinan Majapahit mengirimkan kembali ekspedisi untuk menaklukan kerajaan ini pada tahun 1409. Legenda-legenda Minangkabau mencatat pertempuran dahsyat dengan tentara Majapahit di daerah Padang Sibusuk. Konon daerah tersebut dinamakan demikian karena banyaknya mayat yang bergelimpangan di sana. Menurut legenda tersebut tentara Jawa berhasil dikalahkan.

    Prasasti Adityawarman
    Pengaruh Hindu-Budha di Sumatera bagian tengah telah muncul kira-kira pada abad ke-13, yaitu dimulai pada masa pengiriman Ekspedisi Pamalayu olehKertanagara, dan kemudian pada masa pemerintahan Adityawarman dan putranya Ananggawarman. Kekuasaan dari Adityawarman diperkirakan cukup kuat mendominasi wilayah Sumatera bagian tengah dan sekitarnya.] Hal ini dapat dibuktikan dengan gelarMaharajadiraja yang disandang oleh Adityawarman seperti yang terpahat pada bahagian belakang Arca Amoghapasa, yang ditemukan di hulu sungai Batang Hari (sekarang termasuk kawasanKabupaten Dharmasraya).

    Perkembangan agama Islam setelah akhir abad ke-14 sedikit banyaknya memberi pengaruh terutama yang berkaitan dengan sistem patrialineal, dan memberikan fenomena yang relatif baru pada masyarakat di pedalaman Minangkabau. Pada awal abad ke-16,Suma Oriental yang ditulis antara tahun 1513 dan 1515, mencatat dari ketiga raja Minangkabau, hanya satu yang telah menjadi muslim sejak 15 tahun sebelumnya.

    Pengaruh Islam di Pagaruyung berkembang kira-kira pada abad ke-16, yaitu melalui para musafir dan guru agama yang singgah atau datang dari Aceh dan Malaka. Salah satu murid ulama Aceh yang terkenal Syaikh Abdurrauf Singkil(Tengku Syiah Kuala), yaitu SyaikhBurhanuddin Ulakan, adalah ulama yang dianggap pertama-tama menyebarkan agama Islam di Pagaruyung. Pada abad ke-17, Kerajaan Pagaruyung akhirnya berubah menjadi kesultanan Islam. Raja Islam yang pertama dalam tambo adat Minangkabau disebutkan bernama Sultan Alif.

    Runtuhnya Pagaruyung "Dari reruntuhan kota (Pagaruyung) ini menjadi bukti bahwa di sini pernah berdiri sebuah peradaban Melayu yang luar biasa, menyaingi Jawa, situs dari banyak bangunan kini tidak ada lagi, hancur karena perang yang masih berlangsung".

    Pada awal abad ke-19 pecah konflik antaraKaum Padri dan Kaum Adat. Dalam beberapa perundingan tidak ada kata sepakat antara mereka. Seiring itu dibeberapa negeri dalam kerajaan Pagaruyung bergejolak, dan puncaknya Kaum Padri dibawah pimpinan Tuanku Pasaman menyerang Pagaruyung pada tahun 1815. Sultan Arifin Muningsyahterpaksa menyingkir dan melarikan diri dari ibu kota kerajaan ke Lubuk Jambi.

    Karena terdesak oleh Kaum Padri, keluarga kerajaan Pagaruyung meminta bantuan kepada Belanda, dan sebelumnya mereka telah melakukan diplomasi dengan Inggris sewaktu Raffles mengunjungi Pagaruyung serta menjanjikan bantuan kepada mereka. Pada tanggal 10 Februari 1821 Sultan Tangkal Alam Bagagarsyah, yaitu kemenakan dari Sultan Arifin Muningsyah yang berada di Padang, beserta 19 orang pemuka adat lainnya menandatangani perjanjian dengan Belanda untuk bekerjasama dalam melawan Kaum Padri. Walaupun sebetulnya Sultan Tangkal Alam Bagagar waktu itu dianggap tidak berhak membuat perjanjian dengan mengatasnamakan kerajaan Pagaruyung. Akibat dari perjanjian ini, Belanda menjadikannya sebagai tanda penyerahan kerajaan Pagaruyung kepada pemerintah Belanda. Kemudian setelah Belanda berhasil merebut Pagaruyung dari Kaum Padri, pada tahun 1824 atas permintaan Letnan Kolonel Raaff, Yang Dipertuan Pagaruyung Raja Alam Muningsyah kembali ke Pagaruyung, namun pada tahun 1825 Sultan Arifin Muningsyah, raja terakhir di Minangkabau ini, wafat dan kemudian dimakamkan di Pagaruyung.


    Jumat, 04 Januari 2019

    Candi Muaro jambi

    Arkeolog: Muarojambi, Bisa Jadi Ibukota Asli Kerajaan Sriwijaya
     
    Arkeolog Indonesia: Muarojambi, Bisa Jadi Adalah Ibukota yang Asli dari Kerajaan Sriwijaya

    Arkeolog temukan bukti kerajaan Sriwijaya di Jambi. Jambi Besar Arkeologi Universitas indonesia (UI) Profesor Agus Aris Munandar mengatakan Kerajaan Sriwijaya diduga berada di kawasan Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Sebab baru-baru ini timnya menemukan jejak-jejak peninggalan kerajaan bahari tua, sebelum Majapahit berdiri di Mojokerto, Jawa Timur.
    AYO KITA DUKUNG BERSAMA Bapak Medrin Joni Depati PUTRA DAERAH DARI PESISIR BUKIT SUKSES DI RANTAU  MAU MEMIMPIN DAN MEMAJUKAN KOTA SUNGAI PENUH ⏹️CAWAKO 2021 - 2025 Baca juga:
    “Kami menemukan sisa-sisa peninggalan Kerajaan Sriwijaya serta petirtaan berupa sumur di Situs Kedaton, Kawasan Cagar Budaya Muaro Jambi, oleh 43 mahasiswa dan 5 dosen pembimbing yang tergabung dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Arkeologi Universitas Indonesia (UI) pada 16-28 Juni 2013,” kata Agus Aris pada Jumat (12/7/2013).
    Seperti diberitakan Antara, kegiatan utama KKL Arkeolog UI pekan lalu tersebut adalah ekskavasi, sebuah metode arkeologi yang bertujuan menemukan kembali sisa-sisa kegiatan manusia masa lalu dengan cara melakukan penggalian.

    Proses ekskavasi dilakukan di 14 kotak gali di Situs Kedaton, Kawasan Cagar Budaya Muara Jambi (Muaro Jambi).

    Kawasan tersebut berada sekitar 20 kilometer dari Kota Jambi, atau 30 kilometer dari Ibu Kota Kabupaten Muaro Jambi. Juga dijelaskan, sebenarnya masih banyak bagian kawasan cagar budaya tersebut yang belum dijamah, termasuk di seberang Sungai Batanghari.
    Sedangkan arca-arca lepas yang ditemukan di Palembang bertuliskan ancaman-ancaman, maka dapat diartikan bahwa Palembang justru merupakan kota yang telah ditaklukan oleh Sriwijaya.

    Departemen Arkeologi UI bersama pemerintah setempat saat ini tengah bekerja sama menjadikan Kawasan Cagar Budaya Muaro Jambi sebagai laboratorium penelitian, sehingga dapat dimanfaatkan untuk penelitian arkeologi baik oleh dosen maupun mahasiswa Arkeologi.
    Sumur di Candi Muaro Jambi yang baru ditemukan oleh mahasiswa peneliti dari UI. Diperkirakan sumur tersebut adalah sumber penirtaan bagi umat Budha saat itu. (tribunnews)

    Sementara itu salah satu regu berhasil menemukan sumur yang terletak di arah timur laut, yang merupakan arah yang paling baik bagi agama Budha.

    Sumur tersebut pada masanya digunakan sebagai sumber mata air. Sumur yang ditemukan tersebut baru digali sedalam 1,5 meter.

    Di sekitar sumur, tim juga menemukan sisa pecahan tembikar, keramik, dan stoneware (barang pecah belah lainnya).

    Ada perbedaan antara yang struktur dalam dan struktur luar dari sumur. Bisa dilihat strukturnya semakin ke dalam temuan keramik dan tembikar lebih kecil, lebih tipis, dan lebih bagus.
    Temuan sumur di Situs Kedaton, Cagar Budaya Muara Jambi, Sumatra Selatan. (republikaonline). Sementara di bagian luar lebih kasar, lebih tebal dan lebih besar, itu menunjukkan fungsinya yang berbeda dan ini makin memperkuat perkiraan ini merupakan sebuah tempat yang penting.
    Dalam konteks keagamaan, biasanya makin ke (ruangan bagian) dalam akan makin suci.

    Penelitian yang dilakukan ini juga menemukan beberapa struktur di pagar dalam maupun pagar luar. Selain itu, ada juga struktur lain yang berbentuk bangunan yang terlihat dari pola letak, halaman tengah, dan halaman luarnya. Selain sumur, ditemukan pula struktur persegi di pinggir sumur yang diidentifikasi sebagai lantai di sekitar sumur.

    Muara Jambi Ibukota Sriwijaya
    Sriwijaya atau Srivijaya merupakan salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan pesisir Kalimantan.

    Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7, ketika seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan.

    Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682 masehi.
    Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut karena beberapa peperangan, di antaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa pada tahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.

    Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal, bersama kerajaan besar Nusantara lainya, misalnya Majapahit di Jawa Timur.
    Pada abad ke-20, kedua kerajaan tersebut menjadi referensi oleh kaum nasionalis untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan negara sebelum kolonialisme Belanda.

    Sedangkan berdasarkan hasil penelitian arkeolog UI belum lama ini, di Candi Kedaton yang masuk pada komplek Candi Muarojambi, para peneliti dibantu sejumlah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia berhasil menemukan beberapa struktur bangunan candi yang menunjukkan tempat itu merupakan pusat pengajaran agama Buddha di Jambi, bahkan di kawasan Asia Tenggara.

    Selain itu pada tahun 2011 lalu pengupasan gapura kuno di situs arkeologi Muaro Jambi menghasilkan temuan baru berupa dua makara atau profil bangunan mirip arca.
    Candi Gumpung Muarojambi – Makara, the portal guardian statue of Candi Gumpung, a Buddhist temple at Muaro Jambi archaeological site, Jambi. (wikipedia)
    Temuan makara ini diduga kuat sebagai bagian dari kompleks Candi Kedaton, di kawasan situs Muaro Jambi, Jambi, pada Selasa (10/8/2011) yang lalu.
    Humas Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi mengatakan, pihaknya sedang melaksanakan pengupasan struktur bangunan bata yang selama ini telah dipenuhi lumpur dan tanaman liar. Struktur bangunan yang berada di sisi utara Candi Kedaton itu diduga merupakan gapura bangunan induk.
    Ketika pengupasan berlangsung, tim menemukan sebuah benda mirip arca dari batu sungai sekitar pukul 08.30. Setelah pengupasan terus dilakukan hingga memakan hampir 2 jam, baru diketahui benda setinggi 1 meter itu adalah makara, yaitu profil mirip arca yang lazim dibangun pada gapura.

    Pihaknya menduga masih akan banyak temuan lainnya di kompleks ini, mengingat ada sekitar 80-an struktur arkeologi dalam kawasan tersebut masih tertimbun lumpur dan tanaman liar.
    Pengupasan dan pemugaran sangat diperlukan sebagai upaya penyelamatan peninggalan sejarah peradaban Buddha sejak Abad VII-XIV ini. Candi Kedaton berjarak sekitar 2 kilometer dari kompleks utama situs Muaro Jambi.

    Sedangkan pengupasan di kompleks ini merupakan proyek ketiga. Sejak tahun 2009, BP3 dua kali memugar bangunan induk. Seluruh rangkaian pengerjaan di kompleks Kedaton ditargetkan selesai empat tahun ke depan.

    Dari penelitian itu, diperkirakan juga lokasi tersebut merupakan satu di antara pusat pembelajaran agama Buddha selain di Kanton dan Nalanda. Dari temuan tersebut menurut arkeolog UI berkesimpulan, bahwa di Muarojambi sebelumnya merupakan ibu kota Kerajaan Sriwijaya!
    Menurut peneliti, ternyata Muarojambi itu pusat betul seperti di arah timur bagian utara dalam ketentuan agama Budha ada sumur, ditemukan sumur di situ kemudian tahapan-tahapan di dinding-dinding itu semua ditemukan. Berdasarkan itulah arkeolog dari UI berkesimpulan bahwa ibu kota Sriwijaya ada di Muarojambi.

    Pada penelitian lanjutan yang dilakukan Juni 2013, para ahli arkeolog UI menemukan tembikar di beberapa struktur bangunan candi. Hasil kerajinan dari tanah liat tersebut berbeda di lokasi terluar candi berdasarkan eskavasi yang dilakukan para peneliti lebih kasar dibandingkan dengan yang ditemukan di lokasi dalam yang lebih halus bentuknya.

    Terkait hal itu, Gubernur Jambi mengatakan masih akan menunggu hasil resmi atas penelitian itu dan belum akan membentuk tim atas hasil temuan dan juga kajian dari ahli arkeologi UI tersebut. “Kami akan lihat perkembangannya, di mana pasti akan terjadi polemik antara arkeolog, kita lihat nanti, kita sifatnya menunggu,” ujarnya.
    Cagar Budaya
    Ia mengatakan yang akan dilakukan oleh Pemprov Jambi adalah mendorong untuk Kawasan Candi Muarojambi sebagai satu di antara cagar budaya warisan dunia yang diakui oleh UNESCO. “Upaya agar diakui UNESCO akan terus diperjuangkan, semenjak kawasan Candi Muarojambi diresmikan oleh Bapak Presiden SBY,” tambah gubernur.
    Candi Muarojambi diklaim sebagai salah satu komplek percandian terluas di Asia Tenggara. Situs ini mempunyai luas 12 kilometer persegi, panjang lebih dari tujuh kilometer serta kawasan seluas 260 hektar yang membentang searah dengan jalur sungai Batanghari.

    Candi ini berada di Kabupaten Muarojambi dan lokasinya tidak jauh dari Kota Jambi, di mana bisa ditempuh menggunakan kendaraan darat sekitar 30 menit perjalanan.

    Di situs Candi Muarojambi, sedikitnya telah teridentifikasi kurang lebih 110 bangunan candi yang terdiri dari tak kurang dari 39 kelompok candi. Bangunan candi tersebut adalah peninggalan Kerajaan Melayu hingga Kerajaan Sriwijaya, yang berlatar belakang kebudayaan Melayu Budhis.

    Diperkirakan candi-candi di lokasi situs sejarah candi Muaro jambi mulai dibangun sejak abad 4 M. Pusat kerajaan maritim besar ini sebelumnya diklaim berada di kawasan Palembang, Sumatera Selatan. Sementara Jambi hanya disebut sebagai pengembangan kota raja saja.
    Kawasan Wisata di Jambi
    Candi Muaro Jambi, adalah salah satu tujuan wisata menarik di kota Jambi. Kawasan wisata ini dibuka untuk umum setiap hari dari pukul 07.00 – 17.00 WIB.

    Untuk bisa menikmati keindahan di kawasan wisata ini, maka Anda bisa menggunakan becak, menyewa sepeda ataupun sepeda motor. Untuk tarifnya Anda bisa bernegosiasi langsung dengan penjaganya.

    Setiap bulan Juni, kawasan wisata ini selalu mengadakan Festival Candi Muaro Jambi. Acara ini mempertunjukkan beberapa kesenian daerah dan berlangsung selama 4 hari 4 malam. Selain itu juga terdapat pasar malam yang menyemarakkan acara. Pada tahun 2010 lalu, festival ini sempat vakum karena kekurangan dana.

    Ada beberapa bagian dalam Kawasan Candi Muaro Jambi yakni sebagai berikut :
    1. Kedaton (di barat)
    2. Gedong I
    3. Gedong II
    4. Gumpung
    5. Candi Tinggi
    6. Candi Tinggi I
    7. Kolam Telaga
    8. Candi Kembar Batu
    9. Candi Astana
    10. Candi Sialang
    11. Candi Teluk
    12. Candi Kota Mahligai
    13. Candi Bukit Sengalo

    Meskipun sudah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah, hanya saja kawasan ini masih belum diperbaiki dan dikelola dengan baik. Kebanyakan wisatawan yang mengunjungi kawasan ini adalah wisatawan lokal. (antara/ merdeka/indonesiakaya/tribunnews)
    Artikel Terkait Candi Lainnya:

    Artikel Terkait Arkeologi Lainnya:


    Selasa, 01 Januari 2019

    RANNGKAYO HITAM KESULTANAN JAMBI

    KISAH RANGKAYO HITAM (SAYYID AHMAD KAMIL) PENGUASA JAMBI YANG TIDAK MAU TUNDUK PADA KERAJAAN LAIN
    RANGKAYO HITAM”

    ​Rang kayo hitam, gagah perkaso
    Namonyo agung dimano-mano
    Sampai mataram orang ngenali
    Usahkan pulo dibatang hari

    Ayah benamo datuk berhalo
    Turunan turki asal bagindo
    Putri pinang masak namo ibunyo
    Dari pagaruyung pulo ibunyo

    Reff.
    Sutooo…
    Orang kayo hitam agung dimano-mano
    Keris siginjai senjato yang utamo.
    Rang kayo pingai dulur yang tuo
    Yang bijaksano mimpin negeri
    Kedataran lamo dulur yang mudo
    Gunung balangsebo dio kenali.

    Mayang mengurai istri setia
    Anak temenggung merah melato
    Meriam sejiwa penjelmaannyo
    Legung Sitimang Pulo Ibunya

    ◀️◀️⭕🔴⭕▶️▶️


    Nama Rangkayo Hitam sudah tak asing lagi bagi warga Jambi. Karena dikenal sebagai sosok sakti yang sangat pemberani yang tak bisa ditaklukkan oleh Raja Jawa.

    Makam Rangkayo Hitam di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan panjang 4,8 meter kerap didatangi ratusan peziarah dari berbagai daerah di nusantara.

    Rangkayo Hitam adalah putra Raja Jambi Datuk Paduko Berhalo dengan permaisuri Putri Selaras Pinang Masak. Datuk Paduko Berhalo memiliki nama asli Ahmad Barus atau Ahmad Salim.

    Datuk Paduko Berhalo diyakini masih keturunan ke tujuh dari cicit Nabi Muhammad SAW, Ali Zainal Abidin bin Husain Bin Ali Bin Abi Thalib RA dari istrinya Fatimah Az Zahra Binti Muhammad SAW.

    Dia berasal dari Turki yang datang ke Jambi untuk menyebarkan agama Islam. Sedangkan Putri Selaras Pinang Masak berasal dari Kerajaan Pagaruyung dan merupakan Putri Raja Pagaruyung.

    Pasangan Datuk Paduko Berhalo dan Putri Selaras Pinang Masak memiliki empat orang anak pertama
    1. Rangkayo Pingai alias Sayyid Ibrahim, 
    2. kedua Rangkayo Hitam Sayyid Ahmad Kamil, 
    3. ketiga Rangkayo Kedataran Sayyid Abdul Rahman dan terakhir, 
    4. Rangkayo Gemuk Syarifah Siti Alawiyah.

    Pada saat itu ancaman terbesar kedaulatan Kerajaan atau Kesultanan Jambi adalah Kerajaan Malaka yang sedang berada di Puncak Kejayaan yang siap merebut kembali wilayah pesisir utara Jambi.

    Sebagai upaya membendung kekuatan Malaka, maka Jambi memilih untuk tetap tunduk dibawah Kerajaan Majapahit, walaupun tidak sedigjaya dulu lagi ketika masih dipimpin Hayam Wuruk. Konsekuensinya adalah Jambi harus terus mengirimkan upeti ke Majapahit.

    Sehingga Kesultanan Jambi selalu mengirimkan upeti ke Jawa. Ketika Rangkayo Hitam mulai dewasa, dia menentang penyerahan upeti tersebut.

    Sebagai salah satu pewaris tahta kesultanan Jambi. Dia berpendapat sudah selayaknya Jambi menjadi negeri berdaulat dan tidak harus bersusah payah mengirimkan kekayaan kerajaannya ke kerajaan lain.

    Ketika Datuk Berhalo wafat, pucuk pimpinan Kesultanan Jambi lalu diteruskan oleh Rangkayo Pinggai sebagai putra tertua.

    Saat pemerintahan kerajaan dibawah kepemimpinan kakaknya Rangkayo Pingai, Rangkayo Hitam pernah mencegat dan menggagalkan upeti yang hendak dikirimkan kakaknya kepada raja Jawa yang memerintah waktu itu.

    Karena dia berpendapat bahwa Kerajaan Jambi merupakan kerajaan yang berdaulat dan tidak tunduk kepada kerajaan manapun.

    Kisah Cinta Rangkayo Hitam Dengan Putri Mayang Mangurai

    Suatu masa ketika Rangkayo Hitam telah menginjak dewasa, ia melakukan perjalanan, pengembaraan ke pedalaman negeri Jambi, seperti kebiasaan calon-calon raja tempo dulu. Terdapat banyak pelajaran dalam setiap perjalanan. "Jauh berjalan banyak dilihat, lama hidup banyak dirasa",begitu kata pepatah. Dengan pengembaraan menyusuri setiap sudut negeri ia akan tahu bagaimana kondisi rakyatnya, ia akan banyak belajar tentang kehidupan dan dapat pula berguru ilmu dari orang-orang hebat.

    Setelah pamit kepada orang tuanya, Rangkayo Hitam berangkat menyusuri Sungai Batanghari ke hulu dari tempat asalnya di hilir. Sungai Batanghari merupakan sungai terpanjang di pulau sumatera, melewati alam minangkabau hingga negeri Jambi dan bermuara ke samudra.

    Setelah jauh perjalanan berhari-hari sampailah Rangkayo Hitam di percabangan Sungai Batanghari dan Sungai Tembesi. Rangkayo Hitam berhenti sejenak dan memutuskan menyusuri Sungai Tembesi. Dalam dirinya muncul firasat bahwa di sepanjang alur Sungai Tembesi akan ia temukan orang hebat. Perjalanan dilanjutkan, hingga ia kembali menjumpai percabangan sungai, yakni Batang Tembesi dan Sungai Air Hitam, kembali ia beristirahat melepas lelah.

    Dalam peristirahatannya itu, tanpa disengaja Rangkayo Hitam melihat perempuan dengan rambut terurai indah di tepi sungai. Terpana lah ia akan kecantikannya, ingin hatinya berkenalan dengan sosok tersebut. Namun belum sempat ia mendekat dan berkenalan, perempuan itu telah berlalu pergi dan menghilang. Walau hanya sebentar ia melihat, namun kejadian itu tidak bisa dilupakan oleh Rangkayo Hitam.Wajah cantik itu selalu terbayang-bayang olehnya sampai terbawa mimpi. Ia kemudian bertekad mencari tahu siapa sosok dengan rambut terurai indah tersebut.

    Rangkayo Hitam menapakkan kaki di daratan dan berjalan menjauhi tepi sungai dan bertemu dengan seorang warga. Dari mulut warga itu lah ia tahu bahwa daerah itu adalah Daerah Air Hitam yang dipimpin oleh Pendekar Sakti yang bergelar Datuk Tumenggung Merah Mato. Mendengar kesaktian Datuk Tumenggung itu, ingin hatinya berguru ilmu walau sebentar. Dimintai lah warga agar menunjukkan jalan menuju kediaman Datuk Tumenggung Merah Mato. Takdir berkata lain, sesampainya di tempat Tumenggung ia kembali melihat gadis yang pernah ia lihat tempo hari. Tahulah Rangkayo Hitam bahwa gadis yang ia lihat itu bernama Mayang Mangurai anak Tumenggung Merah Mato. Niat hati ingin berguru menjadi berubah ingin melamar anak Tumenggung Merah Mato.

    Tentu saja melamar anak seorang pendekar nan sakti itu tidak mudah. Tumenggung Merah Mato pun tidak begitu saja mau melepaskan anak gadisnya ke tangan seorang laki-laki yang baru ia kenal, walaupun kemudian ia tahu bahwa di depannya adalah raja Jambi di masa mendatang, anak Datuk Paduko Berhalo di Tanjung Jabung. Ia harus tetap diuji, seberapa layak pemuda di hadapannya untuk menjadi suami anak kesayangannya. Telah banyak pria yang ingin melamar, namun gagal karena tidak mampu memenuhi syarat yang diajukan Tumenggung Merah Mato.

    Tindakan Tumenggung Merah Mato yang demikian protektifnya boleh-boleh saja dipuji sebagai bentuk cinta ayah kepada anaknya. Ia jaga kehormatan anak perempuannya dan tak akan ia lepaskan kepada sembarang laki-laki. Namun jika terus begini boleh jadi sulit bagi Mayang Mangurai mendapatkan jodoh.
    Mayang Mangurai memang cantik jelita,telah banyak laki-laki datang ke rumahuntuk melamar, baik dari orang bisa,pendekar hingga bangsawan kaya-raya,dari pemuda yang tak ia kenal hinggapemuda yang ia kenal. Mayang Mangurai terkadang sedih karena di usianya yang sudah pantas untuk menikah itu belum satupun pelamardapat memenuhi syarat yang diajukan oleh Tumenggung Merah Mato. Bagaimana jika nantinya tak satupun dari lelaki-lelaki itu mampu memenuhi syarat yang diajukan ayahnya, akankah ia nantinya akan menjadi perawan tua? Berdo'a lah ia kepada Tuhan, semoga ada juga pemuda yang bisa meluluhkan hati ayahandanya.

    Sebagai pendekar, dan berkecimpung di dunia persilatan, tentu tolak ukur kehebatan bagi Tumenggung Merah Mato adalah ilmu "kanuragan" atau beladiri, berbeda dengan zaman sekarang yang tolak ukurnya mungkin hal-hal lain seperti harta, pendidikan atau gelar akademik.

    Rangkayo Hitam pun diberlakukan sama dengan pelamar lain, ilmu bela diri dan kesaktiannya diuji oleh Tumenggung Merah Mato.

    Rangkayo Hitam harus berhadapan dengan pengawal pribadi Tumenggung Merah Mato. Pengawal itu bukanlah orang sembarangan, ilmu beladiri dan kesaktiannya luar biasa. Selama ini hanya Tumenggung Merah Mato yang mampu menandinginya. Walau Rangkayo Hitam sejak kecil sudah dididik ilmu beladiri, sebagai ilmu wajib calon raja, ujian itu belum tentu dapat ia lewati.

    Gelanggang pun dipersiapkan, berdo'alah Rangkayo Hitam kepada Tuhan agar dimenangkan dirinya dalam pertarungan itu. Pengawal pribadi Tumenggung Merah Mato telah berdiri dan tak sabar menguji lawan tandingnya itu. Telah lama ia tidak menemukan lawan tanding yang sepadan.

    Tak begitu lama, pertarungan dua pendekar pun dimulai. Penduduk Negeri Air Hitam pun ikut menyaksikan kehebatan dua pendekar tersebut. Tiga hari tiga malam lamanya, pertarungan itu berlangsung, berhenti hanya waktu shalat dan makan. Sampai dua hari belum ada yang terlihat kalah-mengalah, semua jurus dan segala jenis senjata dipergunakan, keduanya masih terlihat seimbang. Pada hari ketiga barulah pengawal itu kewalahan dan mengakui keunggulan Rangkayo Hitam.

    Putri Mayang Mangurai yang sejak beberapa hari ini mendengar kabar kedatangan pemuda yang ingin melamar dirinya, sebetulnya sudah jatuh hati pula kepada Rangkayo Hitam, apalagi setelah mendengar kabar pemuda gagah itu orang baik-baik dari keturunan yang baik dan terpandang pula, anak Paduko Berhalo di Tanjung Jabung. Pemuda gagah itu mampu menaklukkan pengawal pribadi ayahandanya yang selama ini selalu menjadi tembok penghalang dirinya untuk dapat menikahi pria yang ia cintai. Ia merasa inilah jawaban Tuhan atas do'a-do'anya selama ini.

    Setelah pertarungan itu selesai, Tumenggung Merah Mato masih mengajukan syarat yang harus dipenuhi Rangkayo Hitam dalam waktu paling lama 6 bulan; yaitu emas selesung pesuk, seruas buluh talang dan selengan baju, segantang kepala tungau ulang alik (bahasa kiasan). Maknanya, Rangkayo Hitam harus menyiapkan harta sebanyak yang ia minta jika ingin melamar Mayang Mangurai. Berat memang melamar anak pendekar hebat dan terpandang, namun Rangkayo Hitam tidak menyerah begitu saja. Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang, Rupanya ia sudah jatuh cinta betul kepada Mayang Mangurai. Ia pamit pulang untuk memenuhi syarat yang diajukan Tumenggung Merah Mato. Mayang Mangurai sedih mendengar syarat ayahandanya yang keterlaluan dan hampir mustahil dipenuhi

    Benar kata orang, kalau sudah dilanda cinta, gunung tinggi kan didaki, lautan luas kan diseberangi

    Ke pulau jawa Rangkayo Hitam mencari relasi untuk dapat memenuhi syarat yang diajukan Tumenggung Merah Mato. Ia temui bangsawan-bangsawan jawa yang dapat dimintai bantuan. Untunglah Rangkayo Hitam anak seorang Raja Jambi yang dikenal baik oleh bangsawan negeri seberang. Terbantulah kesulitan Rangkayo Hitam oleh para bangsawan itu tidak sampai enam bulan.

    Syarat yang dicari sudah terpenuhi, Rangkayo Hitam pulang ke Negeri Jambi. Sesampainya di Jambi bersama dengan keluarga besar ia melamar Mayang Mangurai. Pernikahan akbar pun berlangsung dan pesta digelar berhari-hari. Sebagai tanda memulai bahtera kehidupan yang baru, kedua pasangan ini dihadiahi perahu Kajang Lako dan sepasang angsa. Angsa ini akan menjadi petunjuk bagi kedua pasangan ini dimana wilayah yang tepat untuk berhenti dan membangun pemukiman baru. Menggunakan perahu itu Rangkayo Hitam kedua pasangan ini mencari wilayah baru yang untuk memulai biduk rumah tangga baru. Akhirnya sampai lah mereka di suatu wilayah yang kemudian hari menjadi wilayah Istana Tanah Pilih (Jambi) dan pusat kerajaan Jambi (Kota Jambi sekarang)

    Alangkah bersyukurnya dua insan ini. Siapa sangka. Tak pernah bersua sejak kecil, terpisahkan oleh jarak yang cukup jauh , banyak ujian yang dihadapi, namun Tuhan takdirkan dalam ikatan suci.

    "Asam digunung garam di laut, bertemu dalam satu belanga", kalau Tuhan sudah menakdirkan dua insan bersama, tak satu makhluk pun yang dapat memisahkannya.

    Kisah Rangkayo Hitam mempersunting Putri Mayang Mengurai masih melegenda di tengah-tengah Masyarakat Jambi (dengan berbagai versi). Selain Rangkayo Hitam, nama Mayang Mangurai ikut menghiasi Negeri Jambi, menjadi nama taman di Kota Jambi dan diabadikan dalam sepenggal lirik lagu daerah jambi berjudul Rangkayo Hitam.

    "Mayang Mangurai istri setio (setia), anak Tumenggung Merah Mato. Meriam Sijimat penjelmaannyo, Egung Sitimang pulo Ibunyo"

    Rangkayo Hitam merupakan seorang Raja Melayu Jambi yang sangat pemberani dan sakti, saat pemerintahan kerajaan dibawah kepemimpinan kakaknya Rangkayo Pingai, Rangkayo Hitam pernah mencegat upeti yang dikirimkan kakaknya kepada kerajaan Mataram yang waktu itu Kerajaan Melayu Jambi merupakan daerah jajahan kerajaan Mataram. Upeti itu berhasil digagalkan oleh Rangkayo Hitam, karena beliau berpendapat bahwa Kerajaan Melayu Jambi merupakan Kerajaan yang berdaulat dan tidak tunduk kepada Kerajaan manapun..

    Mendengar adanya gejolak di Kerajaan Melayu Jambi yang tidak mau mengirimkan upeti ke Kerajaan Mataram dan tentang adanya seorang sakti bernama Rangkayo Hitam yang menggegalkan Upeti tersebut, maka Raja Mataram merencanakan akan melakukan penyerangan ke kerajaan Melayu yang disebut serangan Pamalayu dan segera memerintahkan seorang empu untuk membuat sebuah keris sakti yang akan digunakan untuk membunuh Rangkayo Hitam.

    Mendengar hal tersebut, Rangkayo Hitam berangkat menuju Kerajaan Mataram untuk menggagalkan rencana tersebut. Di daerah mataram Rangkayo Hitam bertemu dengan seorang empu yang sedang membuat keris. Rangkayo Hitam bertanya kepada empu untuk siapa keris tersebut, empu itupun menjelaskan bahwa keris tersebut untuk Raja Mataram yang katanya akan digunakan untuk membunuh seorang sakti di Kerajaan Melayu Jambi yang bernama Rangkayo Hitam, saat itu empu juga menjelaskan bahwa keris tersebut dibuat dari tujuh macam besi yang diawali oleh huruf P, dan akan sempurna bila telah dimandikan di tujuh muara.

    Rangkayo Hitam pun saat itu juga merebut keris tersebut dari tangan sang empu, dan mengatakan bahwa dialah Rangkayo Hitam. Empu itupun akhirnya tewas di tangan Rangkayo Hitam. Setelah mendapatkan keris, Rangkayo Hitam segera kembali ke Kerajaan Melayu untuk menyiapkan segala sesuatu jika nanti kerajaan Mataram jadi menyerang dan segera ia menyempurnakan keris tersebut di tujuh muara.. Hingga keris tersebut menjadi senjata sakti bagi Rangkayo Hitam.

    Rangkayo Hitam sering meletakkan keris tersebut di sanggul rambutnya sehingga orang-orang sering menyebutnya dengan sebutan “Ginjai” yang berarti tusuk konde. Sampai akhirnya keris tersebut diberi nama Keris SIGINJAI.

    Kerajaan gaib ini adalah kerajaan yang dimiliki oleh seorang manusia sakti yang bernama Orang Kayo Hitam. Orang Kayo Hitam adalah salah satu anak Orang Kayo Pingai, raja dari Kerajaan Jambi. Orang Kayo Hitam dikenal sangat sakti, sebuah kisah menceritakan dahulu Kerajaan Jambi selalu mengirim Upeti kepada Kerajaan Mataram di Jawa, namun kebiasaan tersebut kemudian di tentang oleh Orang Kayo Hitam. Pembangkangan tersebut membuat kerajaan Mataram berang sekaligus bimbang karena Orang Kayo Hitam dikenal sangat sakti dan memiliki pasukan gaib. Dengan bantuan peramal kerajaan dari Pemalang titik kelemahan Orang Kayo Hitam ditemukan, ia hanya bisa terbunuh oleh sebilah keris yang logamnya terbuat dari langit dan di sepuh oleh air sungai yang nama sungainya di awali dengan huruf "P". Penempahanya pun harus hanya boleh dilakukan pada setiap hari Jumat yang telah melewat 40 kali Jumat.

    Namun upaya untuk membunuh Orang Kayo Hitam tidak juga berhasil karena sebelum keris berhasil dibuat, Orang Kayo Hitam berangkat sendirian menggunakan rakit ke tanah Jawa untuk menghancurkan keris tersebut beserta kerajaan Pemalang itu sendiri. Pada pertempuran tersebut Orang Kayo Hitam menang besar karena dipercaya dibantu oleh pasukan Jin yang jumlahnya 7 kali lipat dibandingkan jumlah pasukan Mataram. Sadar tak bisa dibunuh akhirnya kerajaan Mataram memilih jalan damai dan menawarkan Orang Kayo Hitam menjadi raja di salah satu kerajaan yang berada di bawah kekuasaan Raja Mataram. Namun Orang Kayo Hitam menolak dan memilih kembali ke kampung halamannya dan menjadi raja menggantikan ayahnya. Pada saat menjabat, kerajaannya berkembang besar sehingga kerajaannya tak mampu menampung lagi rakyat yang semakin banyak. Akhirnya dengan kesaktiannya, ia menghancurkan sebuah bukit batu hingga terpecah menjadi sembilan bagian. Orang Kayo Hitam pun memerintahkan rakyatnya untuk mendirikan kerajaan-kerajaan kecil di lokasi tempat batu-batu tersebut jatuh. Namun kerajaan-kerajaan kecil tersebut tidak dipimpin oleh raja, melainkan oleh seorang Rio.

    Sebelum meninggal dunia, Orang Kayo Hitam memerintahkan pasukan gaibnya untuk menjaga kesembilan kerajaan yang ia bentuk dari segala macam serangan, bencana alam dan sebagainya. Kini pasukan gaib milik Orang Kayo Hitam tersebut dipercaya memiliki kerajaan di Gunung Kerinci, gunung tertinggi di Indonesia yang terdapat di kabupaten Kerinci. Salah satu lokasi yang kerap terjadi penampakan adalah danau kerinci, disana kerap ditemui prajurit setinggi pohon kelapa tengah berbaris.




    Caca juga artikel berikut ini

    Politik

    Debat Kedua Capres di Mata Netizen, Jokowi Disorot Salah Data, Prabowo Soal Unicorn Debat kedua Pilpres 2019. ©Liputan6.com/Faizal...